Senin, 29 April 2013

Bali Lombok Day 4



Bali, Selasa 5 Maret 2013

Kami kembali tiba di Padang Bai waktu subuh, rupanya Pak Koming sudah menunggu dan memanggil2 kami yang hendak berjalan menuju musholla. Sekitar pukul setengah 6 pagi kami bertolak menuju Kuta mencari penginapan. Namun, sebelumnya kami menyempatkan diri untuk sarapan. Restoran cepat saji asal Amerika menjadi pilihan, alasan paling kuat datang ke tempat ini adalah keinginan orang paling besar di antara kami, Tangguh. Sejak awal dia ingin sekali makan di restoran dengan logo huruf M besar itu, alasannya karena sudah lama tidak ke sana. Selesai sarapan, nunggu hujan reda, berangkat ke daerah poppies land.  Di sini kami mendapat penginapan dengan harga yang sama ketika di Trawangan.

Niatan hari ini adalah untuk bermain air di pantai, tetapi setelah mendapatkan kamar dan bsiap pergi, air jatuh dari langit dengan lumayan deras. Menunggulah kami untuk beberapa saat.Karena sudah gregetan mau main air laut, air hujan kami terobos. Basah, iya, tapi menyenangkan, kadang memang menyenangkan bisa berbasahan air hujan, apalagi di waktu yang menyenangkan pula,hehe…. Destinasi pertama kami adalah Dream Land Beach, dari Kuta kami melewati jalur kampus Universitas Udayana dan Garuda Wisnu Kencana. Menurut saya, tempatnya cukup jauh, area masuk dari jalan Utama juga jauh, dibanding pantai yang lainnya ya. Tipikal pantainya seperti kebanyakan pantai di daerah selatan yang menghadap samudra, berombak besar, ditambah lagi saat ini masih musim hujan. Bahkan belom lama sampai, hujan sudah mengguyur pantai. Namun, hujan tidak berlangsung lama, mood cuaca ketika kami berlibur memang bisa dibilang tidak stabil, kadang panas terik, lalu berubah cepat menjadi gelap, hujan deras, panas lagi, bergilir sesukanya.

Dream Land Beach

Transportasi dari parkiran menuju Dream Land Beach
Pantai kedua yang dituju adalah Padang-Padang Beach. Keunikan yang dimiliki pantai ini adalah saat kita masuk, yaitu harus melewati celah sempit di antara dua tebing. Jadi kesannya kaya hiden beach gitu. Pantainya tidak terlalu bagus, sempit, ombak cukup besar dan kotor oleh tumbuhan laut, mungkin ini disebabkan karena musim penghujan itu sendiri. Kami pun singgah sebentar di sini, lalu lanjut ke pantai berikutnya, Blue Point. Tapi sebelumnya kami singgah untuk santap siang, dan hujan pun turun kembali disertai angin kencang. Di restoran yang saya lupa namanya ini, saya memesan sate ikan, berharap hidangannya seperti ketika di Lombok kemarin. Rupanya saya kecewa, tidak sama, rasanya pun kurang berani kalo saya bilang. Dan menunya sedikit, tampilannya juga pucat, sehingga tidak menggugah selera.

Celah tebing menuju pantai padang-padang
Akses menuju pantai
Pantai Padang-Padang
Sepertinya di Blue Point tidak ada pantai, seenggaknya itu yang saya lihat, kami hanya menyaksikan ombak laut dari atas tebing. Di ujung daerah ini ada sebuah pura, tapi kami tidak ke sana. Di sini lagi-lagi kami cuma sebentar. Lalu untuk membilas setelah mandi air laut kami balik lagi ke Dream Land Beach, karena kami berpikir ke dua spot terakhir yang didatangi memiliki kesamaan dengan yang pertama. Rencananya akan bermain di ketiga spot, cuma yang asik adalah yang pertama saja dan memiliki tempat yang lumayan untuk bilas. Harga wahana pembilasan Rp 10.000,- per orang.

Blue Point
Perjalanan lanjut ke Garuda Wisnu Kencana, kami sampai sekitar pukul setengah enam sore waktu setempat. Harga tiket masuk untuk turis lokal sebesar Rp 30.000,- per orang dewasa. Karena waktu kali pertama ke GWK ketika kuliah belum menonton pertunjukkan tari , saya memutuskan untuk ke sana, pertunjukkan di mulai sekitar pukul enam sore. Acara berlangsung sekitar satu jam yang dibawakan sebagian besar oleh remaja. Bahkan ada artis panggung tuna runggu, sehingga dalam melakukan tarian mereka dibimbing oleh instruktur yang memberikan isyarat dengan menggunakan tangan di depan panggung. Kalau dari ceritanya sendiri saya sih kurang paham, hehe…. Pertunjukkan ditutup dengan acara foto bebas dengan artis panggung. Tampaknya banyak yang sepikiran dengan saya, yaitu ingin mengambil foto salah satu instruktur penari tuna runggu. Alasannya menurut saya, dan saya yakin ini juga menurut mereka, instruktur ini adalah wanita yang parasnya cantik, dibanding dengan penari-penari lain. Setelah ini acara foto-foto narsis pun dimulai :), kami menuju ke dalam ke daerah lapang yang di bagian ujung atas terdapat patung kepala burung raksasa. Berfoto-foto lah kami di sini selama kurang lebih selama setengah jam.

Tarian yang disertai adegan lucu
Pertunjukkan di GWK
Pertunjukkan di GWK
Penari Tuna Rungu
Pertunjukkan api
Pertunjukkan api
Saat Konflik
Salah satu instruktur
Foto bareng artis panggung
Narsis 1
Narsis 2
Siluet di GWK
Terakhir adalah wisata perut, hehe… malam ini kami makan di restoran seafood Menega. Restoran ini berada di daerah Jimbaran berada di pingir pantai. Walaupun kami memesan tempat di luar, di pinggir pantai, tetapi kami memutuskan untuk menambil kursi di dalam karena angin di luar sangat kencang dan membawa uap air sehingga dikhawatirkan akan turun hujan. Kami memutuskan makan di restoran ini karena menurut teman kami, restoran ini terbilang cukup murah dibanding sekitar dan masakannya enak.

Suasana Restoran Menega





Read More - Bali Lombok Day 4

Senin, 18 Maret 2013

Bali Lombok Day 3



Lombok, Senin 4 Maret 2013

Pagi ini saya dan Tangguh bertekad untuk mengelilingi Gili Trawangan dengan mengayuh sepeda. Sekitar pukul setengah 6 pagi kami berangkat meninggalkan yang lain (kecuali Ikha, ternyata dia sudah berangkat lebih pagi sendirian). Kali ini kami bersepeda mengarah ke kiri atau berlawanan arah jarum jam. Jalanan pun agak becek, banyak genangan air, sebab semalam hujan deras mengguyur gili. Selain itu karena masih jam segini, suasana pun sepi, tidak ada turis asing yang terlihat, hanya beberapa karyawan hotel yang bekerja.

Di perjalanan kami melihat pemandangan langka yang belum pernah kam lihat sebelumnya, sapi berjemur di pinggir pantai. Mantap ga tuh!! Mereka ga mau kalah sepertinya oleh makhluk asing berjalan tegak berkulit putih yang juga suka berjemur di pinggir pantai, cuma bedanya makhluk itu masih memakai penutup di bagian tertentu, walaupun kadang juga ditemukan yang seperti mereka, polos dan berjemur di siang hari. Selain itu ada hal unik lagi di pinggir pantai di bawah rindangnya pohon, sebuah tenda kecil, cukup untuk satu atau maksimal dua orang di dalamnya. Tampaknya sang pemilik juga masih tertidur lelap.

Ternyata sepedaan sore hari kemarin kami baru menempuh separu lingkaran gili. Dan untung saja, kami memutuskan untuk balik menggunakan rute yang sama saat memutuskan kembali pulang, karena track yang kami lewati pagi ini banyak area berpasir, sepertinya ombak naik cukup tinggi, sehingga jalan tertutup pasir dan menyulitkan bersepeda. Selain itu, track nya juga lebih sepi hotel, kurang penerangan dan bahkan ada jalan yang terputus akibat abarasi. Selesai tawaf satu puteran, kami kembali ke penginapan, sarapan pancake pisang dan the manis panas pun siap disantap. Yup, ini cuma numpang lewat doang, bener-bener ga berasa di perut. Berikut hasil jepretan sepedaan pagi.

Sapi Pantai
Tenda Pinggir Pantai
Canon 600D Tangguh
Pantai Gili Trawangan
Banana Pancake
Selesai sarapan, kami mandi sambil menunggu yang lain pulang dari bermain di pantai, dan setelahnya check out. Penginapan kami membayar Rp 150.000,- per kamar yang bisa ditempati dua orang sudah termasuk sarapan. Jika ada tiga orang “wajib” nambah ekstra bed plus tambah Rp 50.000,- lagi. Perjalanan kembali ke Lombok sekitar pukul 11 siang, keadaan berbeda saat pagi tadi, sekarang sudah ramai aktivitas.

Pemandangan Saat Menyeberang
Setelah menyeberang kami bertolak ke restoran. Perjalanan melewati daerah perbukitan yang disebut Monkey Forest. Di bukit ini memang terdapat kumpulan monyet yang cukup banyak, tidak hanya di atas pohon mereka pun ada di pinggir jalan pun, seolah tidak mengerti bahaya main dipinggir jalan raya :p . Monyet-monyet di sini tidak takut dengan manusia, menurut Pak Jamani, guide yang mengantar kami, monyet di sini jinak karena sudah terbiasa dengan manusia yang sering memberi makan ke mereka. Selain itu dari bukit ini juga bisa melihat pemandangan laut di antara dua bukit.

Pemandangan di Monkey Forest
Memberi Pakan Monyet
Restoran yang disinggahi yaitu Rumah Makan Lesehan Yeni Murad, menu utama yang dipesan adalah Ayam Taliwang, makanan khas daerah Lombok. Selain itu, ada sayur kedelai hitam yang penampakan kuahnya mirip rawon, cumi yang sebetulnya menu dipesan adalah jamur, gurame, dan beberapa menu lainnya. Kalo minum saya pesan es kelapa muda madu, es kelapa yang pemanisnya menggunakan madu. Saya adalah orang terakhir yang selesai makan, karena saya adalah orang yang menghabiskan nasi di bakul, karena saya adalah orang yang sangat lapar sejak tadi pagi yang disebabkan oleh efek sarapan yang hanya banana pancake setelah mengitari Trawangan. 

Rumah Makan Lesehan Yeni Murad
Makan Siang
Ayam Taliwang
Es Kelapa Muda Madu
Saung Tempat Makan
Setelah perut kenyang kami dibawa ke tempat oleh-oleh, yang pertama adalah toko perhiasan mutiara. Di sini dijual mutiara dari kerang air tawar dan air laut, kerang air tawar dihargai lebih murah. Selain karena budidayanya yang lebih mudah, kualitas kerang air laut juga lebih bagus. Beberapa teman ada yang beli, saya ikut-ikutan membeli satu oleh-oleh cincin mutiara untuk ibu saya J. Tidak jauh dari toko mutiara ada toko makanan oleh-oleh khas Lombok, beli lah beberapa dodol rumput laut untuk orang rumah dan teman kantor. Belom puas Pak Jamani membawa kami ke toko oleh-oleh, dia mangangkut kami menuju pertokoan yang kali menjual pakaian. Kebetulan ada teman kantor yang nitip kain Lombok, beli deh satu di sini. Harganya Rp 125.000,- dengan ukuran 2 m x 1.5 m, namun ada juga yang bahannya lebih halus harganya Rp 250.000,- dengan ukuran yang sama. Kalo untuk sendiri, saya beli 2 kopiah, dengan tipe yang sama namun warna yang berbeda, 1 untuk saya dan 1 untuk suami ibu saya, bapak  kandung saya maksudnya,,hehe…

Salah Satu Tempat Oleh-Oleh di Lombok
Setelah puas belanja, perjalanan lanjut menuju Pantai Kuta, perjalanan agak lama, jadi kami merem melek di sepanjang jalan, maksudnya kadang tertidur kadang terjaga. Pantai yang kami singgahi adalah Pantai Seger dan Pantai Kuta, kedua pantai ini letaknya berdekatan. Pantainya bersih, masih sepi, dan uniknya butiran pasirnya sebesar merica. Cukup besar untuk ukuran pasir pantai, hal ini membuat kepadatan pasir tersebut lebih renggang sehingga saat menginjak pasir yang basah, kaki akan mudah terperosok, sepertinya agak berlebihan pilighan katanya, ga sampai segitunya kok, cuma jeblos dikit aja.

Pantai Seger
Pantai Seger dari Atas Bukit
Andre "Dikeroyok" dan Mereka Terbahak
Sayang, batere kamera habis, jadi cuma sampai sini foto diambil. Setelah ini Andre masih berkutat dengan "adek2nya",,hehe... dia dikeroyok oleh sekumpulan bocah yang menawarkan dagangan berupa gelang. Awalnya dia hanya membeli dari satu bocah, namun ternyata bocah yang lain juga tak mau kalau tidak dibeli, haha,,saya dan beberapa ketawa saja, sedangkan yang lain ada yang kabur ke sisi lain pantai. Bocah-bocah ini punya jiwa pantang menyerah dan tidak mudah putus asa, bahkan untuk foto bersama pun terasa sulit, mereka selalu "nempel". Dan ketika hari sudah gelap bocah-bocah tersebut baru mengijinkan kami berfoto bersama tanpa kehadiran mereka. Ini pun setelah Andre membeli beberapa buah tangan yang mereka jual. Setelah ini kami makan di restaurant dekat pantai, dan siap menuju ke Lembar untuk kembali menyeberang ke Padang Bai.






Read More - Bali Lombok Day 3

Kamis, 14 Maret 2013

Bali Lombok Day 2



Lombok, Minggu 3 Maret 2013

Kami tiba di Pelabuhan Lembar dini hari waktu setempat, jemputan mobil sewaan sudah menyambut di ujung dermaga. Pak Jamani namanya, orang yang menjemput sekaligus sebagai tour guide kami di Lombok. Dia bersama rekannya yang berperan sebagai pengemudi mobil Travello. Kami langsung diangkut dibawa ke pelabuhan selanjutnya, Bangsal, dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Pelabuhan Bangsal menghubungkan Pulau Lombok dan Gili Trawangan dengan armada boat-nya yang memiliki kapasitas sekitar 20-an orang sekali angkut. Pelabuhan ini beroperasi dari pukul 7 pagi sampai 5 sore. Karena kami kepagian, ya iyalah sekitar jam 2 udah sampai, maka kami memutuskan untuk mencari tempat untuk melanjutkan tidur yang terputus saat di kapal dan di jalan menuju Bangsal. Beruntung ada sebuah agen perjalanan yang karyawannya masih terjaga. Kami menginap di semacam pendopo yang berada di halaman agen perjalanan tersebut. Karyawan yang masih muda itu sangat ramah, selain menawari tempat tinggal, mereka juga memberikan pinjaman bed cover dan kasur lipat, lumayan kaaannn. Walaupun nyamuk menyerang dari segala penjuru, namun dengan lotion anti nyamuk yang saya bawa, akhirnya tidur di sisa malam itu pun nyenyak terasa.

Sebelum berangkat menuju Gili Trawangan, kami memutuskan sarapan di tempat tersebut, dengan pilihan mi goreng atau mi rebus, kali ini saya pesan mi rebus, biasanya saya lebih suka mi goreng. Dengan biaya Rp 20.000,- saya bisa numpang menginap dan mendapat sarapan, Alhamdulillah :) Kami menaiki penyebrangan pertama menuju Trawangan dengan tariff Rp 10.000,- bersama, mungkin, 30-an penumpang lainnya dalam satu boat. Lama perjalanan berkisar anatara 15 sampai 20 menit. Di sini kami melakukan snorkeling di tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air dengan harga Rp 80.000,- per orang. Makan siang di Gili Air, cukup mahal harganya, memang sih makanan di gili-gili ini di atas harga rata-rata pasaran. Saya makan Plecing Ayam dan minum soda lemon seharga Rp 60.000,- sangat mahal bukan!?

Gili Trawangan

Pelabuhan Bangsal
Gili Trawangan
Snorkeling
Plecing Ayam
Makan Siang di Gili Air
Setelah makan siang, boat yang mengantar kami snorkeling mengembalikan kami ke Gili Trawangan. Kami pun bersih-bersih dan siap untuk mengelilingi pulau. Kami menginap di homestay di pedalaman Gili, pedalaman karena letaknya di dalam, bukan di deket pantai. Menginap semalam di sini Rp 150.000,- include sarapan untuk dua orang. Kami mengelilingi pulau dengan menaiki sepeda seharga Rp 25.000,- sehari. Pantai di pulau ini memang bersih, ombak tenang, dan tidak ramai seperti di Bali, saya pikir pulau ini salah satu destinasi yang cocok untuk melakukan bulan madu,hehe…Tapi sore ini kami tidak bisa mengelilingi pulau, karena banyak spot yang disinggahi dahulu saat berkeliling. Hari mulai gelap dan saat melihat kompas di handphone ternyata kita baru berada di arah mata angin yang berlawan dari tempat asal. Jadi, diputuskan untuk kembali saja sambil bersiap-siap untuk makan malam.

My Sandal

Pantai di salah satu Resort
Sepeda Sewa
Lampu Jalan
Sore di Trawangan
Ternyata memilih tempat untuk makan malam di sini cukup sulit, saya harus mengikuti teman-teman mengelilingi setiap sudut tempat makan di daerah Selatan Trawangan yang menyediakan berbagai macam resto.  Badan lelah dengan aktivitas sepanjang hari, kelopak mata terasa berat untuk dibuka, perut lapar meminta supply bahan bakar untuk diubah menjadi energi dan masih harus berjalan-jalan untuk mencari tempat makan yang cocok. Kalo sudah begini saya pasrah aja mau makan apa dan dimana. Akhirnya satu tempat di pilih, yaitu (aklo ga salah nama tempatnya) The Beach House World Famous BBQ. Cukup mahal juga harganya, seperti yang saya pernah bilang sebelumnya, makanan di gili-gili ini memang begitu. Saya memesan Sword Fish Steak dengan Ice Tea sebagai minumnya. Karena saya memesan BBQ maka saya bebas mengambil salad sebanyak yang saya mau. Namun, selain harganya mahal, di restoran ini dikenakan Government and Service Tax sebesar 21%, wow,,gede juga tuh, jadi makin banyak aja lembaran yang dikeluarin. Total makan mala mini saya mengeluarkan uang sebesar Rp 121.000,- fyuhhh….

Salad
Sword Fish Steak
Tempat BBQ









Read More - Bali Lombok Day 2