Senin, 18 Maret 2013

Bali Lombok Day 3



Lombok, Senin 4 Maret 2013

Pagi ini saya dan Tangguh bertekad untuk mengelilingi Gili Trawangan dengan mengayuh sepeda. Sekitar pukul setengah 6 pagi kami berangkat meninggalkan yang lain (kecuali Ikha, ternyata dia sudah berangkat lebih pagi sendirian). Kali ini kami bersepeda mengarah ke kiri atau berlawanan arah jarum jam. Jalanan pun agak becek, banyak genangan air, sebab semalam hujan deras mengguyur gili. Selain itu karena masih jam segini, suasana pun sepi, tidak ada turis asing yang terlihat, hanya beberapa karyawan hotel yang bekerja.

Di perjalanan kami melihat pemandangan langka yang belum pernah kam lihat sebelumnya, sapi berjemur di pinggir pantai. Mantap ga tuh!! Mereka ga mau kalah sepertinya oleh makhluk asing berjalan tegak berkulit putih yang juga suka berjemur di pinggir pantai, cuma bedanya makhluk itu masih memakai penutup di bagian tertentu, walaupun kadang juga ditemukan yang seperti mereka, polos dan berjemur di siang hari. Selain itu ada hal unik lagi di pinggir pantai di bawah rindangnya pohon, sebuah tenda kecil, cukup untuk satu atau maksimal dua orang di dalamnya. Tampaknya sang pemilik juga masih tertidur lelap.

Ternyata sepedaan sore hari kemarin kami baru menempuh separu lingkaran gili. Dan untung saja, kami memutuskan untuk balik menggunakan rute yang sama saat memutuskan kembali pulang, karena track yang kami lewati pagi ini banyak area berpasir, sepertinya ombak naik cukup tinggi, sehingga jalan tertutup pasir dan menyulitkan bersepeda. Selain itu, track nya juga lebih sepi hotel, kurang penerangan dan bahkan ada jalan yang terputus akibat abarasi. Selesai tawaf satu puteran, kami kembali ke penginapan, sarapan pancake pisang dan the manis panas pun siap disantap. Yup, ini cuma numpang lewat doang, bener-bener ga berasa di perut. Berikut hasil jepretan sepedaan pagi.

Sapi Pantai
Tenda Pinggir Pantai
Canon 600D Tangguh
Pantai Gili Trawangan
Banana Pancake
Selesai sarapan, kami mandi sambil menunggu yang lain pulang dari bermain di pantai, dan setelahnya check out. Penginapan kami membayar Rp 150.000,- per kamar yang bisa ditempati dua orang sudah termasuk sarapan. Jika ada tiga orang “wajib” nambah ekstra bed plus tambah Rp 50.000,- lagi. Perjalanan kembali ke Lombok sekitar pukul 11 siang, keadaan berbeda saat pagi tadi, sekarang sudah ramai aktivitas.

Pemandangan Saat Menyeberang
Setelah menyeberang kami bertolak ke restoran. Perjalanan melewati daerah perbukitan yang disebut Monkey Forest. Di bukit ini memang terdapat kumpulan monyet yang cukup banyak, tidak hanya di atas pohon mereka pun ada di pinggir jalan pun, seolah tidak mengerti bahaya main dipinggir jalan raya :p . Monyet-monyet di sini tidak takut dengan manusia, menurut Pak Jamani, guide yang mengantar kami, monyet di sini jinak karena sudah terbiasa dengan manusia yang sering memberi makan ke mereka. Selain itu dari bukit ini juga bisa melihat pemandangan laut di antara dua bukit.

Pemandangan di Monkey Forest
Memberi Pakan Monyet
Restoran yang disinggahi yaitu Rumah Makan Lesehan Yeni Murad, menu utama yang dipesan adalah Ayam Taliwang, makanan khas daerah Lombok. Selain itu, ada sayur kedelai hitam yang penampakan kuahnya mirip rawon, cumi yang sebetulnya menu dipesan adalah jamur, gurame, dan beberapa menu lainnya. Kalo minum saya pesan es kelapa muda madu, es kelapa yang pemanisnya menggunakan madu. Saya adalah orang terakhir yang selesai makan, karena saya adalah orang yang menghabiskan nasi di bakul, karena saya adalah orang yang sangat lapar sejak tadi pagi yang disebabkan oleh efek sarapan yang hanya banana pancake setelah mengitari Trawangan. 

Rumah Makan Lesehan Yeni Murad
Makan Siang
Ayam Taliwang
Es Kelapa Muda Madu
Saung Tempat Makan
Setelah perut kenyang kami dibawa ke tempat oleh-oleh, yang pertama adalah toko perhiasan mutiara. Di sini dijual mutiara dari kerang air tawar dan air laut, kerang air tawar dihargai lebih murah. Selain karena budidayanya yang lebih mudah, kualitas kerang air laut juga lebih bagus. Beberapa teman ada yang beli, saya ikut-ikutan membeli satu oleh-oleh cincin mutiara untuk ibu saya J. Tidak jauh dari toko mutiara ada toko makanan oleh-oleh khas Lombok, beli lah beberapa dodol rumput laut untuk orang rumah dan teman kantor. Belom puas Pak Jamani membawa kami ke toko oleh-oleh, dia mangangkut kami menuju pertokoan yang kali menjual pakaian. Kebetulan ada teman kantor yang nitip kain Lombok, beli deh satu di sini. Harganya Rp 125.000,- dengan ukuran 2 m x 1.5 m, namun ada juga yang bahannya lebih halus harganya Rp 250.000,- dengan ukuran yang sama. Kalo untuk sendiri, saya beli 2 kopiah, dengan tipe yang sama namun warna yang berbeda, 1 untuk saya dan 1 untuk suami ibu saya, bapak  kandung saya maksudnya,,hehe…

Salah Satu Tempat Oleh-Oleh di Lombok
Setelah puas belanja, perjalanan lanjut menuju Pantai Kuta, perjalanan agak lama, jadi kami merem melek di sepanjang jalan, maksudnya kadang tertidur kadang terjaga. Pantai yang kami singgahi adalah Pantai Seger dan Pantai Kuta, kedua pantai ini letaknya berdekatan. Pantainya bersih, masih sepi, dan uniknya butiran pasirnya sebesar merica. Cukup besar untuk ukuran pasir pantai, hal ini membuat kepadatan pasir tersebut lebih renggang sehingga saat menginjak pasir yang basah, kaki akan mudah terperosok, sepertinya agak berlebihan pilighan katanya, ga sampai segitunya kok, cuma jeblos dikit aja.

Pantai Seger
Pantai Seger dari Atas Bukit
Andre "Dikeroyok" dan Mereka Terbahak
Sayang, batere kamera habis, jadi cuma sampai sini foto diambil. Setelah ini Andre masih berkutat dengan "adek2nya",,hehe... dia dikeroyok oleh sekumpulan bocah yang menawarkan dagangan berupa gelang. Awalnya dia hanya membeli dari satu bocah, namun ternyata bocah yang lain juga tak mau kalau tidak dibeli, haha,,saya dan beberapa ketawa saja, sedangkan yang lain ada yang kabur ke sisi lain pantai. Bocah-bocah ini punya jiwa pantang menyerah dan tidak mudah putus asa, bahkan untuk foto bersama pun terasa sulit, mereka selalu "nempel". Dan ketika hari sudah gelap bocah-bocah tersebut baru mengijinkan kami berfoto bersama tanpa kehadiran mereka. Ini pun setelah Andre membeli beberapa buah tangan yang mereka jual. Setelah ini kami makan di restaurant dekat pantai, dan siap menuju ke Lembar untuk kembali menyeberang ke Padang Bai.






Read More - Bali Lombok Day 3

Kamis, 14 Maret 2013

Bali Lombok Day 2



Lombok, Minggu 3 Maret 2013

Kami tiba di Pelabuhan Lembar dini hari waktu setempat, jemputan mobil sewaan sudah menyambut di ujung dermaga. Pak Jamani namanya, orang yang menjemput sekaligus sebagai tour guide kami di Lombok. Dia bersama rekannya yang berperan sebagai pengemudi mobil Travello. Kami langsung diangkut dibawa ke pelabuhan selanjutnya, Bangsal, dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam. Pelabuhan Bangsal menghubungkan Pulau Lombok dan Gili Trawangan dengan armada boat-nya yang memiliki kapasitas sekitar 20-an orang sekali angkut. Pelabuhan ini beroperasi dari pukul 7 pagi sampai 5 sore. Karena kami kepagian, ya iyalah sekitar jam 2 udah sampai, maka kami memutuskan untuk mencari tempat untuk melanjutkan tidur yang terputus saat di kapal dan di jalan menuju Bangsal. Beruntung ada sebuah agen perjalanan yang karyawannya masih terjaga. Kami menginap di semacam pendopo yang berada di halaman agen perjalanan tersebut. Karyawan yang masih muda itu sangat ramah, selain menawari tempat tinggal, mereka juga memberikan pinjaman bed cover dan kasur lipat, lumayan kaaannn. Walaupun nyamuk menyerang dari segala penjuru, namun dengan lotion anti nyamuk yang saya bawa, akhirnya tidur di sisa malam itu pun nyenyak terasa.

Sebelum berangkat menuju Gili Trawangan, kami memutuskan sarapan di tempat tersebut, dengan pilihan mi goreng atau mi rebus, kali ini saya pesan mi rebus, biasanya saya lebih suka mi goreng. Dengan biaya Rp 20.000,- saya bisa numpang menginap dan mendapat sarapan, Alhamdulillah :) Kami menaiki penyebrangan pertama menuju Trawangan dengan tariff Rp 10.000,- bersama, mungkin, 30-an penumpang lainnya dalam satu boat. Lama perjalanan berkisar anatara 15 sampai 20 menit. Di sini kami melakukan snorkeling di tiga gili, Trawangan, Meno, dan Air dengan harga Rp 80.000,- per orang. Makan siang di Gili Air, cukup mahal harganya, memang sih makanan di gili-gili ini di atas harga rata-rata pasaran. Saya makan Plecing Ayam dan minum soda lemon seharga Rp 60.000,- sangat mahal bukan!?

Gili Trawangan

Pelabuhan Bangsal
Gili Trawangan
Snorkeling
Plecing Ayam
Makan Siang di Gili Air
Setelah makan siang, boat yang mengantar kami snorkeling mengembalikan kami ke Gili Trawangan. Kami pun bersih-bersih dan siap untuk mengelilingi pulau. Kami menginap di homestay di pedalaman Gili, pedalaman karena letaknya di dalam, bukan di deket pantai. Menginap semalam di sini Rp 150.000,- include sarapan untuk dua orang. Kami mengelilingi pulau dengan menaiki sepeda seharga Rp 25.000,- sehari. Pantai di pulau ini memang bersih, ombak tenang, dan tidak ramai seperti di Bali, saya pikir pulau ini salah satu destinasi yang cocok untuk melakukan bulan madu,hehe…Tapi sore ini kami tidak bisa mengelilingi pulau, karena banyak spot yang disinggahi dahulu saat berkeliling. Hari mulai gelap dan saat melihat kompas di handphone ternyata kita baru berada di arah mata angin yang berlawan dari tempat asal. Jadi, diputuskan untuk kembali saja sambil bersiap-siap untuk makan malam.

My Sandal

Pantai di salah satu Resort
Sepeda Sewa
Lampu Jalan
Sore di Trawangan
Ternyata memilih tempat untuk makan malam di sini cukup sulit, saya harus mengikuti teman-teman mengelilingi setiap sudut tempat makan di daerah Selatan Trawangan yang menyediakan berbagai macam resto.  Badan lelah dengan aktivitas sepanjang hari, kelopak mata terasa berat untuk dibuka, perut lapar meminta supply bahan bakar untuk diubah menjadi energi dan masih harus berjalan-jalan untuk mencari tempat makan yang cocok. Kalo sudah begini saya pasrah aja mau makan apa dan dimana. Akhirnya satu tempat di pilih, yaitu (aklo ga salah nama tempatnya) The Beach House World Famous BBQ. Cukup mahal juga harganya, seperti yang saya pernah bilang sebelumnya, makanan di gili-gili ini memang begitu. Saya memesan Sword Fish Steak dengan Ice Tea sebagai minumnya. Karena saya memesan BBQ maka saya bebas mengambil salad sebanyak yang saya mau. Namun, selain harganya mahal, di restoran ini dikenakan Government and Service Tax sebesar 21%, wow,,gede juga tuh, jadi makin banyak aja lembaran yang dikeluarin. Total makan mala mini saya mengeluarkan uang sebesar Rp 121.000,- fyuhhh….

Salad
Sword Fish Steak
Tempat BBQ









Read More - Bali Lombok Day 2

Rabu, 13 Maret 2013

Bali Lombok Day 1


Jakarta, Sabtu 2 Maret 2013

Tujuh bulan sudah menunggu kedatangan hari ini, perjalanan Bali Lombok bersama beberapa teman seangkatan sewaktu kuliah. Kami bersembilan, lima diantaranya adalah para pejantan, termasuk saya :) dan empat lagi adalah Ers, Hilman, Andre, Tangguh. Sedangkan gadis-gadis cantiknya adalah Denov, Uci, Friska, dan Ikha. Mereka semua berprofesi sama walaupun berbeda perusahaan, hanya saya dan Tangguh yang memiliki profesi menyimpang dari bidang yang ditekuni sewaktu kuliah. But It is okay, kita tetap satu,hehe…

Perjalanan pergi dari rumah cukup berat, karena ada bocah cewe nan lucu yang sedang berkunjung ke rumah Mbah-nya. Bocah itu adalah keponakan saya, Dinda namanya. Saat sudah waktunya pergi, gadis berusia 3 tahun tersebut malah minta gendong. Mungkin dia ingin memeluk Om-nya yang ganteng lagi macho itu,,haha…. Karena sudah janjian ketemu di daerah Cawang dengan yang lain, dengan sangat berat hati saya mohon ijin dengan gadis cantik tersebut, dia pun memaklumi dan melambaikan tangan saat saya pergi. Dah Om-ku yang baik (mungkin itu kalimat yang tak terucap dari tulus hatinya,,)

Berangkat pukul 06.30 dari rumah menuju Cawang dengan memakai angkutan umum kecil, Angkutan Pengganti Bemo (APB), menuju Sudirman dan lanjut menggunakan Busway. Sampai di Cawang berangkat menuju Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dengan menumpang mobil Om-nya Tangguh bersama empat orang lainnya. Di bandara kami mendapatkan surprise, karena ada Irfan juga datang, saya pikir ada tambahan personnel yang ikut, tetapi ternyata dia cuma mengantar pacarnya, Denov. Berikut Penampakan kami bersembilan yang diambil oleh “Si Mbe” Irfan. Pesawat take-off sekitar pukul 10 dan mengudara kurang lebih 1,5 jam. Maskapai yang kami gunakan pada penerbangan ini adalah Air Asia, salah satu yang disebut maskapai budget.
Terminal 3 Soekarno Hatta


Bali, Sabtu 2 Maret 2013

Sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 12.30 WITA. Destinasi wisata pertama kami adalah rumah makan yang ada di daerah Jalan Raya Kuta, wisata kuliner. Makanan yang kami coba di antaranya adalah Garang Asem, Plecing Kangkung, Ayam Betutu, Lawar Bali, dan Es Daluman. Garang Asem seperti apa ya rasanya, sulit mendeskripsikan dengan kata, cobain sendiri aja klo ke Bali, hehe,,, Tapi klo soal bumbu saya bilang kurang berani, agak hambar. Mungkin karena faktor kuahnya yang menyebabkan konsentrasi bumbu akan menyebar larut dalam kuah, sehingga rasa di lidah sedikit hambar. Ayam Betutu lebih mantap, lebih berani rasa bumbunya ditambah dengan sambal bawang merah mentah khas Bali yang mantap rasanya. Lawar Bali, bukan kalelawar ya, itu adalah sayuran yang intinya berisi kacang panjang yang dipotong pendek-pendek dicampur dengan suiran daging dan ampela ayam, potongan cabe, dan taburan bawang goreng. Deskripsi ini adalah untuk Lawar Bali yang ada dibuat di Bali, soalnya pada kesempatan lain saya pernah ke rumah makan Bali yang ada di bilangan Wolter Monginsidi, Lawar Bali yang disajikan sedikit berbeda. Sedangkan minuman yang saya coba adalah Es Daluman, adalah es cincau plus kuah santan dengan cincau yang lembut sekali sehingga tidak perlu sendok untuk memakannya, cukup dengan mnyeruputnya dengan sedotan. Nyummyyyy…

Garang Asem

Lawar Bali

Es Daluman



Perjalanan lanjut ke Pantai Sanur, sebetulnya saya kurang setuju ke pantai ini. Karena sebetulnya ini adalah kali ke dua saya ke Bali, jadi paling tidak saya sudah tahu keadaan Pantai Sanur seperti apa. Yup, benar saja, awan mendung menyelimuti langit tempat wisata tersebut, pantai yang agak kotor (ini mungkin karena faktor musim juga), view yang kurang bagus, dan tidak lama hujan deras pun turun. Berikut penampakan di sana.    
Pantai Sanur

Setelah sedikit hujan-hujanan di Sanur, perjalanan ke Goa Lawah pun dipilih. Hal ini dikarenakan satu rute menuju Pelabuhan Padang Bai, pelabuhan untuk menyebrang ke Lombok. Goa Lawah adalah sebuah pura yang memiliki khas sebuah goa yang berisi ratusan, atau bahkan mungkin ribuan, kalelawar yang bergelantungan di dinding mulut goa. Lawah sendiri dalam masayarakat Bali berarti kalelawar. Konon, menurut driver mobil sewa, goa ini terhubung dan menyambung ke Gunung Agung. Tiket masuk sebesar Rp 10.000,- dan mendapatkan sewaan berupa kain untuk menutupi bagian bawah tubuh. 

Gerbang Gowa Lawah

Mulut Gowa Lawah

Di Goa Lawar ini salah satu atau dua teman wanita saya, Suci dan Friska, diajak mengobrol oleh bocah kecil. Mereka pun disanjung dengan sebutan “kakak cantik”. Selain itu sebuah kerajinan kalung di sematkan di leher mereka, dan setelahnya mereka diberi pesan, jika pulang nanti jangan lupa beli oleh2 sama bocah kecil tersebut,hehe,,, strategi marketing yang sangat cerdas dari seorang bocah.

Rencananya tidak ada itinerary ke dua tempat ini di hari pertama, cuma karena ternyata ada waktu cukup mampir lah di kedua tempat itu sebelum menyebrang ke Pelabuhan Lembar di Lombok. Sekitar pukul 8 malam kami menyebrang dari Padang Bai menuju Lembar. Di Padang Bai, sebaiknya membeli tiket sendiri di loket resmi, walaupun harga tiket yang ditawarkan oleh Calo/Preman/Bang Tato or apalah namanya kepada penumpang sama dengan yang resmi, namun tiket yang diberi jumlahnya tidak sesuai dengan jumlah orang yang dipesan. Memang penumpang bisa naik juga ke dalam kapal, sayangnya adalah negara ini yang dirugikan karena terdapat sejumlah penumpang yang menggunakan jasa Kapal Ferry, tetapi uangnya masuk ke dalam kantong oknum tertentu. Tiket penyeberangan sendiri seharga Rp 36.000,- per orang sekali seberang dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Kami pun istirahat dan tidur sebentar di Kapal Ferry.

Read More - Bali Lombok Day 1