Lombok, Senin 4 Maret 2013
Pagi ini saya dan Tangguh bertekad untuk mengelilingi Gili
Trawangan dengan mengayuh sepeda. Sekitar pukul setengah 6 pagi kami berangkat
meninggalkan yang lain (kecuali Ikha, ternyata dia sudah berangkat lebih pagi
sendirian). Kali ini kami bersepeda mengarah ke kiri atau berlawanan arah jarum
jam. Jalanan pun agak becek, banyak genangan air, sebab semalam hujan deras
mengguyur gili. Selain itu karena masih jam segini, suasana pun sepi, tidak ada
turis asing yang terlihat, hanya beberapa karyawan hotel yang bekerja.
Di perjalanan kami melihat pemandangan langka yang belum
pernah kam lihat sebelumnya, sapi berjemur di pinggir pantai. Mantap ga tuh!!
Mereka ga mau kalah sepertinya oleh makhluk asing berjalan tegak berkulit putih
yang juga suka berjemur di pinggir pantai, cuma bedanya makhluk itu masih
memakai penutup di bagian tertentu, walaupun kadang juga ditemukan yang seperti
mereka, polos dan berjemur di siang hari. Selain itu ada hal unik lagi di
pinggir pantai di bawah rindangnya pohon, sebuah tenda kecil, cukup untuk satu
atau maksimal dua orang di dalamnya. Tampaknya sang pemilik juga masih tertidur
lelap.
Ternyata sepedaan sore hari kemarin kami baru menempuh
separu lingkaran gili. Dan untung saja, kami memutuskan untuk balik menggunakan
rute yang sama saat memutuskan kembali pulang, karena track yang kami lewati pagi ini banyak area berpasir, sepertinya
ombak naik cukup tinggi, sehingga jalan tertutup pasir dan menyulitkan
bersepeda. Selain itu, track nya juga
lebih sepi hotel, kurang penerangan dan bahkan ada jalan yang terputus akibat
abarasi. Selesai tawaf satu puteran, kami kembali ke penginapan, sarapan
pancake pisang dan the manis panas pun siap disantap. Yup, ini cuma numpang lewat doang, bener-bener ga berasa di perut. Berikut
hasil jepretan sepedaan pagi.
|
Sapi Pantai |
|
Tenda Pinggir Pantai |
|
Canon 600D Tangguh |
|
Pantai Gili Trawangan |
|
Banana Pancake |
Selesai sarapan, kami mandi sambil menunggu yang lain pulang
dari bermain di pantai, dan setelahnya check
out. Penginapan kami membayar Rp 150.000,- per kamar yang bisa ditempati
dua orang sudah termasuk sarapan. Jika ada tiga orang “wajib” nambah ekstra bed
plus tambah Rp 50.000,- lagi. Perjalanan kembali ke Lombok sekitar pukul 11
siang, keadaan berbeda saat pagi tadi, sekarang sudah ramai aktivitas.
|
Pemandangan Saat Menyeberang |
Setelah menyeberang kami bertolak ke restoran. Perjalanan
melewati daerah perbukitan yang disebut Monkey
Forest
. Di bukit ini memang terdapat kumpulan monyet yang cukup banyak,
tidak hanya di atas pohon mereka pun ada di pinggir jalan pun, seolah tidak
mengerti bahaya main dipinggir jalan raya :p . Monyet-monyet di sini tidak
takut dengan manusia, menurut Pak Jamani, guide yang mengantar kami, monyet di
sini jinak karena sudah terbiasa dengan manusia yang sering memberi makan ke
mereka. Selain itu dari bukit ini juga bisa melihat pemandangan laut di antara dua bukit.
|
Pemandangan di Monkey Forest |
|
Memberi Pakan Monyet |
Restoran yang disinggahi yaitu Rumah Makan Lesehan Yeni
Murad, menu utama yang dipesan adalah Ayam Taliwang, makanan khas daerah
Lombok. Selain itu, ada sayur kedelai hitam yang penampakan kuahnya mirip
rawon, cumi yang sebetulnya menu dipesan adalah jamur, gurame, dan beberapa
menu lainnya. Kalo minum saya pesan es kelapa muda madu, es kelapa yang
pemanisnya menggunakan madu. Saya adalah orang terakhir yang selesai makan,
karena saya adalah orang yang menghabiskan nasi di bakul, karena saya adalah
orang yang sangat lapar sejak tadi pagi yang disebabkan oleh efek sarapan yang
hanya banana pancake setelah
mengitari Trawangan.
|
Rumah Makan Lesehan Yeni Murad |
|
Makan Siang |
|
Ayam Taliwang |
|
Es Kelapa Muda Madu |
|
Saung Tempat Makan |
Setelah perut kenyang kami dibawa ke tempat oleh-oleh, yang
pertama adalah toko perhiasan mutiara. Di sini dijual mutiara dari kerang air
tawar dan air laut, kerang air tawar dihargai lebih murah. Selain karena
budidayanya yang lebih mudah, kualitas kerang air laut juga lebih bagus. Beberapa
teman ada yang beli, saya ikut-ikutan membeli satu oleh-oleh cincin mutiara
untuk ibu saya J.
Tidak jauh dari toko mutiara ada toko makanan oleh-oleh khas Lombok, beli lah
beberapa dodol rumput laut untuk orang rumah dan teman kantor. Belom puas Pak
Jamani membawa kami ke toko oleh-oleh, dia mangangkut kami menuju pertokoan
yang kali menjual pakaian. Kebetulan ada teman kantor yang nitip kain Lombok,
beli deh satu di sini. Harganya Rp 125.000,- dengan ukuran 2 m x 1.5 m, namun
ada juga yang bahannya lebih halus harganya Rp 250.000,- dengan ukuran yang
sama. Kalo untuk sendiri, saya beli 2 kopiah, dengan tipe yang sama namun warna
yang berbeda, 1 untuk saya dan 1 untuk suami ibu saya, bapak kandung saya maksudnya,,hehe…
|
Salah Satu Tempat Oleh-Oleh di Lombok |
Setelah puas belanja, perjalanan lanjut menuju Pantai Kuta, perjalanan
agak lama, jadi kami merem melek di sepanjang jalan, maksudnya kadang tertidur
kadang terjaga. Pantai yang kami singgahi adalah Pantai Seger dan Pantai Kuta,
kedua pantai ini letaknya berdekatan. Pantainya bersih, masih sepi, dan uniknya
butiran pasirnya sebesar merica. Cukup besar untuk ukuran pasir pantai, hal ini
membuat kepadatan pasir tersebut lebih renggang sehingga saat menginjak pasir
yang basah, kaki akan mudah terperosok, sepertinya agak berlebihan pilighan
katanya, ga sampai segitunya kok, cuma jeblos dikit aja.
|
Pantai Seger |
|
Pantai Seger dari Atas Bukit |
|
Andre "Dikeroyok" dan Mereka Terbahak |
Sayang, batere kamera habis, jadi cuma sampai sini foto diambil. Setelah ini Andre masih berkutat dengan "adek2nya",,hehe... dia dikeroyok oleh sekumpulan bocah yang menawarkan dagangan berupa gelang. Awalnya dia hanya membeli dari satu bocah, namun ternyata bocah yang lain juga tak mau kalau tidak dibeli, haha,,saya dan beberapa ketawa saja, sedangkan yang lain ada yang kabur ke sisi lain pantai. Bocah-bocah ini punya jiwa pantang menyerah dan tidak mudah putus asa, bahkan untuk foto bersama pun terasa sulit, mereka selalu "nempel". Dan ketika hari sudah gelap bocah-bocah tersebut baru mengijinkan kami berfoto bersama tanpa kehadiran mereka. Ini pun setelah Andre membeli beberapa buah tangan yang mereka jual. Setelah ini kami makan di restaurant dekat pantai, dan siap menuju ke Lembar untuk kembali menyeberang ke Padang Bai.