Jakarta, Sabtu 2 Maret 2013
Tujuh bulan sudah menunggu
kedatangan hari ini, perjalanan Bali Lombok bersama beberapa teman seangkatan
sewaktu kuliah. Kami bersembilan, lima diantaranya adalah para pejantan,
termasuk saya :) dan empat lagi adalah Ers, Hilman, Andre, Tangguh. Sedangkan
gadis-gadis cantiknya adalah Denov, Uci, Friska, dan Ikha. Mereka semua
berprofesi sama walaupun berbeda perusahaan, hanya saya dan Tangguh yang memiliki
profesi menyimpang dari bidang yang ditekuni sewaktu kuliah. But It is okay, kita tetap satu,hehe…
Perjalanan pergi dari rumah cukup
berat, karena ada bocah cewe nan lucu yang sedang berkunjung ke rumah Mbah-nya. Bocah itu adalah keponakan
saya, Dinda namanya. Saat sudah waktunya pergi, gadis berusia 3 tahun tersebut
malah minta gendong. Mungkin dia ingin memeluk Om-nya yang ganteng lagi macho itu,,haha…. Karena sudah janjian
ketemu di daerah Cawang dengan yang lain, dengan sangat berat hati saya mohon
ijin dengan gadis cantik tersebut, dia pun memaklumi dan melambaikan tangan
saat saya pergi. Dah Om-ku yang baik
(mungkin itu kalimat yang tak terucap dari tulus hatinya,,)
Berangkat
pukul 06.30 dari rumah menuju Cawang dengan memakai angkutan umum kecil,
Angkutan Pengganti Bemo (APB), menuju Sudirman dan lanjut menggunakan Busway. Sampai di Cawang berangkat
menuju Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta dengan menumpang mobil Om-nya Tangguh bersama empat orang
lainnya. Di bandara kami mendapatkan surprise, karena ada Irfan juga datang,
saya pikir ada tambahan personnel
yang ikut, tetapi ternyata dia cuma mengantar pacarnya, Denov. Berikut
Penampakan kami bersembilan yang diambil oleh “Si Mbe” Irfan. Pesawat take-off sekitar pukul 10 dan mengudara
kurang lebih 1,5 jam. Maskapai yang kami gunakan pada penerbangan ini adalah
Air Asia, salah satu yang disebut maskapai budget.Terminal 3 Soekarno Hatta |
Bali, Sabtu 2 Maret 2013
Sampai
di Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 12.30 WITA. Destinasi wisata pertama kami
adalah rumah makan yang ada di daerah Jalan Raya Kuta, wisata kuliner. Makanan
yang kami coba di antaranya adalah Garang Asem, Plecing Kangkung, Ayam Betutu,
Lawar Bali, dan Es Daluman. Garang Asem seperti apa ya rasanya, sulit
mendeskripsikan dengan kata, cobain sendiri aja klo ke Bali, hehe,,, Tapi klo
soal bumbu saya bilang kurang berani, agak hambar. Mungkin karena faktor
kuahnya yang menyebabkan konsentrasi bumbu akan menyebar larut dalam kuah,
sehingga rasa di lidah sedikit hambar. Ayam Betutu lebih mantap, lebih berani
rasa bumbunya ditambah dengan sambal bawang merah mentah khas Bali yang mantap
rasanya. Lawar Bali, bukan kalelawar ya, itu adalah sayuran yang intinya berisi
kacang panjang yang dipotong pendek-pendek dicampur dengan suiran daging dan
ampela ayam, potongan cabe, dan taburan bawang goreng. Deskripsi ini adalah
untuk Lawar Bali yang ada dibuat di Bali, soalnya pada kesempatan lain saya
pernah ke rumah makan Bali yang ada di bilangan Wolter Monginsidi, Lawar Bali
yang disajikan sedikit berbeda. Sedangkan minuman yang saya coba adalah Es
Daluman, adalah es cincau plus kuah santan dengan cincau yang lembut sekali
sehingga tidak perlu sendok untuk memakannya, cukup dengan mnyeruputnya dengan
sedotan. Nyummyyyy…Garang Asem |
Lawar Bali |
Es Daluman |
Perjalanan lanjut ke Pantai
Sanur, sebetulnya saya kurang setuju ke pantai ini. Karena sebetulnya ini
adalah kali ke dua saya ke Bali, jadi paling tidak saya sudah tahu keadaan
Pantai Sanur seperti apa. Yup, benar
saja, awan mendung menyelimuti langit tempat wisata tersebut, pantai yang agak
kotor (ini mungkin karena faktor musim juga), view yang kurang bagus, dan tidak
lama hujan deras pun turun. Berikut penampakan di sana.
Setelah sedikit hujan-hujanan di Sanur, perjalanan ke
Goa Lawah pun dipilih. Hal ini dikarenakan satu rute menuju Pelabuhan Padang
Bai, pelabuhan untuk menyebrang ke Lombok. Goa Lawah adalah sebuah pura yang
memiliki khas sebuah goa yang berisi ratusan, atau bahkan mungkin ribuan,
kalelawar yang bergelantungan di dinding mulut goa. Lawah sendiri dalam
masayarakat Bali berarti kalelawar. Konon, menurut driver mobil sewa, goa ini
terhubung dan menyambung ke Gunung Agung. Tiket masuk sebesar Rp 10.000,- dan
mendapatkan sewaan berupa kain untuk menutupi bagian bawah tubuh.
Di Goa Lawar ini salah satu atau
dua teman wanita saya, Suci dan Friska, diajak mengobrol oleh bocah kecil.
Mereka pun disanjung dengan sebutan “kakak cantik”. Selain itu sebuah kerajinan
kalung di sematkan di leher mereka, dan setelahnya mereka diberi pesan, jika
pulang nanti jangan lupa beli oleh2 sama bocah kecil tersebut,hehe,,, strategi
marketing yang sangat cerdas dari seorang bocah.
Rencananya
tidak ada itinerary ke dua tempat ini di hari pertama, cuma karena ternyata ada
waktu cukup mampir lah di kedua tempat itu sebelum menyebrang ke Pelabuhan
Lembar di Lombok. Sekitar pukul 8 malam kami menyebrang dari Padang Bai menuju
Lembar. Di Padang Bai, sebaiknya membeli tiket sendiri di loket resmi, walaupun
harga tiket yang ditawarkan oleh Calo/Preman/Bang Tato or apalah namanya kepada
penumpang sama dengan yang resmi, namun tiket yang diberi jumlahnya tidak
sesuai dengan jumlah orang yang dipesan. Memang penumpang bisa naik juga ke
dalam kapal, sayangnya adalah negara ini yang dirugikan karena terdapat
sejumlah penumpang yang menggunakan jasa Kapal Ferry, tetapi uangnya masuk ke
dalam kantong oknum tertentu. Tiket penyeberangan sendiri seharga Rp 36.000,-
per orang sekali seberang dengan lama perjalanan sekitar 4 jam. Kami pun
istirahat dan tidur sebentar di Kapal Ferry.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar